Berpergian, jalan-jalan atau “otw” (on the way) merupakan aktivitas yang hampir pasti dilakukan oleh setiap orang. Entah itu untuk sebuah keperluan atau sekedar jalan-jalan. Namun, tidak jarang dari sebagian kita yang melakukan aktivitas bepergian ‘ala kadarnya’, tanpa ada upaya mengemas momen tersebut seapik dan sereligius mungkin.
Padahal sangat mungkin kita mendapat nilai kebaikan yang berlipat dari aktivitas bepergian, tentunya jika mau dikemas sedemikian baik. Maka, supaya perjalanan kita tidak hanya sekadar aktivitas melelahkan yang kering makna, berikut ini sedikit sharing tips dari kami. Semoga bermanfaat.
Awali dengan Niatan Baik
Niat baik memegang peranan penting dalam setiap gerak langkah mukmin. Niat baik biasanya menghasilkan limpahan pahala kebaikan, begitu pula dengan sebaliknya. Jadi, meski tujuannya baik tetapi niatnya buruk, maka jelas akan berakibat buruk. Perihal niat baik, Rasulullah bersabda:
“Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai yang diniati. Maka, barang siapa berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya akan menuju pada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa berhijrah dimotovasi kesenangan duniawi, atau karena seorang wanita yang hendak ia nikahi, maka hijrahnya pasti menuju pada tujuannya itu.”(HR Imam Bukhari & Imam Muslim )
Maka, selalu sematkan niat baik setiap akan bepergian; baik untuk jarak dekat ataupun jarak jauh. Semisal bepergian untuk membeli makanan, niati untuk membeli makan agar kuat beribadah. Atau saat pergi ke rumah saudara, niatilah untuk bersilaturahim atau ikut anjuran Rasulullah.
Apalagi bepergian yang jelas-jelas untuk kebaikan agama, semisal pergi umrah, haji, mondok, ke masjid dan sebagainya. Upayakan untuk selalu menanamkan niat baik dalam hati. Sebab semakin banyak niat baik, semakin besar kemungkinan pahala yang didapat.
Sebagian ulama yang menganjurkan agar membuat simpel niat baik dalam setiap aktivitas—termasuk beperigan—dengan kalimat begini: “Saya niat melakukan (bepergian) ini sebagaimana yang diniati oleh Rasulullah, para Shahabat, waliyullah, ulama, orang saleh lillâhi ta’âlâ.”
Berpamitan Sebelum Berangkat
Di samping merupakan tatakrama yang baik, berpamitan ketika hendak bepergian adalah upaya kita untuk meniru tradisi Rasulullah. Beliau senantiasa berpamitan kepada para Shahabat ketika akan bepergian. Dihadapan salah seorang diantara shahabat, Rasulullah pasti berucap dengan do’a ini:
أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِيْنَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيْمَ عَمَلِكَ
“Aku menitipkan agamamu, amanahmu dan perbuatanmu yang terakhir kepada Allah.” (HR Imam Ahmad, Imam at-Tirmidzi & Imam Ibnu Hibban).
Hindari Bepergian Sendirian
Ajaklah teman ketika bepergian. Dengan adanya teman, bepergian menjadi lebih aman. Teman juga menjadi pengingat jika ada hajat atau keperluan yang mungkin kita lupakan, terlebih bagi backpaker perempuan. Agama melarang seorang perempuan pergi sendirian tanpa ditemani mahram.
Sangat baik jika teman yang kita ajak adalah seorang yang saleh, misalnya orang yang sangat mungkin membantu menjaga kewajiban agama ketika bepergian; mau menegur apabila kita lupa; membantu jika dibutuhkan atau segala hal yang berdampak positif lainnya. Mengenai hal ini, Rasulullah bersabda:
قَالَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم الرَّاكِبُ شَيْطَانٌ ، وَالرَّاكِبَانِ شَيْطَانَانِ ، وَالثَّلاَثَةُ رَكْبٌ) رواه أَبُو داود والترمذي والنسائي بأسانيد صحيحةٍ وقال الترمذي حديث حسن(
“(Musafir) berkendara sendirian berarti satu setan. Dua pengendara berarti dua setan. Dan tiga pengendara berarti ialah rombongan musafir.” (HR Imam Abu Daud, Imam at-Tirmidzi & Imam an-Nasa’i).
Dalam hadis lain, Rasulullah r berkata:
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي الْوَحْدَةِ مَا أَعْلَمُ مَا سَارَ رَاكِبٌ بِلَيْلٍ وَحْدَهُ
“Sekiranya setiap manusia mengetahui apa yang akan terjadi jika bepergian sendirian sebagaimana yang aku ketahui, niscaya tidak ada seorangpun yang mau bepergian di malam hari sendirian.” (HR Imam Bukhari).
(Lihat: ‘Umdatul-Qârî Syarhu Shahîhil-Bukhârî, XXI/304; Riyâdhush-Shâlihîn, I/482).
Jangan Lupa Shalat
Setiap pribadi muslim dianjurkan melakukan shalat sunnah ketika hendak berangkat atau kembali dari bepergian. Hal ini termaktub dalam hadis berikut:
إِذَا خَرَجْتَ مِنْ مَنْزِلِكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ يَمْنَعَانِكَ مِنْ مَخْرَجِ السُّوْءِ وَإِذَا دَخَلْتَ إِلَى مَنْزِلِكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ يَمْنَعَانِكَ مِنْ مَدْخَلِ السُّوْءِ
“Jika engkau keluar dari rumahmu, maka kerjakanlah shalat dua rakaat, yang dengan ini akan menjauhkanmu dari keburukan di luar rumah. Jika engkau memasuki rumahmu, maka lakukanlah shalat dua rakaat, yang akan menghalangimu dari keburukan yang hendak masuk ke rumah.” (HR Imam al-Bazzar).
Selalu Lantunkan Doa
Doa ketika hendak meninggalkan rumah:
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ
Doa saat menaiki kendaraan:
سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ، الَلَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، الَلَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، الَلَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ فِيْ اْلأَهْلِ، الَلَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَاْلأَهْلِ
Doa ketika pulang bepergian:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ آيِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ سَاجِدُوْنَ لِرَبِّنَا حَامِدُوْنَ صَدَقَ اللهُ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ
Baca Juga:
Siap
Masukan yang sangat berharga