Wanita Hebat yang Dirindu Surga

0 Comments

“Cukuplah wanita-wanita ini sebagai panutan kalian. Yaitu Maryam binti Imran, Khadijah binti khuwailid, Fatimah binti Muhammad dan Asiyah binti muzahim, istri fir’aun.”

(HR Ahmad dan Tirmidzi)

 

Siapakah wanita yang tidak ingin dirindu Surga? Tidak ada. Semua wanita sangat ingin dirindukan Surga. Wanita yang dirindu Surga adalah ia yang taat pada Rabbnya, patuh pada suaminya, berbuat baik di lingkungannya dan amal-amal kebaikan lainnya. Lalu bagaimana caranya mendapatkan kesholihan semacam itu? Sedangkan di zaman sekarang ini figur atau standardisasi wanita sholihah sangat jauh dari yang diharapkan. Tidak ada jaminan standardisasi wanita penghuni Surga di jaman ini. Oleh karenanya, cukuplah kita berkaca pada wanita sholihah pada jaman Nabi.

Ada empat wanita penghulu Surga yang dapat dijadikan teladan bagi kaum wanita dalam rangka meraih ketaatan sehingga dapat membawa menuju Surga-Nya. Siapakah mereka, pemimpin wanita di Surga kelak? Mereka telah dikenal dengan kesholihan, ketaatan, kepatuhan dan kesetiaan pada Rabbnya. Mereka adalah:

Khadijah binti Khuwailid

Ibunda Khadijah adalah wanita mulia istri pertama Rasulullah Saw. Meskipun beliau seorang janda tapi gelar yang disematkan padanya adalah At-Thôhirah (wanita yang suci), yaitu kesucian pada akhlaknya. Ia adalah wanita pertama yang mempercayai Islam dan mendukung dakwah Nabi Muhammad Saw. Dengan memberikan semua hartanya di jalan Allah. Dan darinya pula Rasulullah memiliki keturunan 6 orang anak.

Sebagai wanita cantik dan kaya, banyak pria kaya yang ingin melamar Ibunda Khadijah. Beberapa pelamar itu adalah orang-orang yang berasal dari keluarga kaya dan bersedia membayar berapapun mas kawin yang diinginkan Ibunda Khadijah. Tetapi wanita mulia tersebut menolak lamaran yang datang secara halus. Harta bukanlah satu-satunya penilaian dalam memilih pasangan hidup.

Maryam binti Imran

Wanita mulia yang diberi karunia berupa kehamilan tanpa disentuh oleh laki-laki. Ia adalah orang yang tidak pernah putus asa akan karunia Allah. Keyakinannya pada Allah sangat tinggi, sehingga Allah menurunkan makanan dan buah-buahan langsung dari langit. Ketika pamannya, Nabi Zakaria datang menghampiri dan bertanya, “Darimana ini semua kau dapatkan?”, Maryam dengan percaya diri menjawab, “Dari Rabbku, Allah.”

Bagaimana ‘gen’ orang tua berpengaruh langsung kepada anaknya. Imran dan Hanna sebagai orang tua dari Maryam adalah orang yang terkenal akan kesalehan dan track record kebaikannya. Wajar jika kemudian Maryam menjadi sosok yang banyak diinginkan oleh kaumnya ketika ia dilahirkan. Bukankah hak pertama seorang anak adalah dilahirkan dari seorang wanita yang shalih?

Lingkungan tumbuh kembang seorang Maryam kecil sangat kondusif. Semua tahu, Maryam akhirnya diasuh oleh Nabi Zakariya setelah masyarakat luas berlomba untuk mengasuhnya. Maryam kemudian ditempatkan khusus di mihrab Baitul Maqdis. Sebuah lingkungan yang begitu bagus dan istimewa (di asuh oleh nabi) untuk menjadikannya seorang wanita yang super shalihah dan super dekat dengan Allah. Bahkan, disebutkan bahwa Maryam adalah sosok wanita yang tidak pernah meninggalkan qiyamulail dan memiliki waktu puasa yang khusus, yaitu 2 hari berpuasa dan 1 hari berbuka.

Asiah Istri Fir’aun

Siti Asiah tetap teguh pada agama Allah meski bersuamikan penguasa dzalim, demi dibangunkan rumah di Surga. Keteguhan Siti Asiah itu membuat Fir’aun murka hingga ia bermaksud membunuhnya.

Siti Asiyah adalah contoh wanita yang begitu sabar menghadapi keburukan sikap dari sang suami. Meski suami terus memperlakukan buruk, namun tetap saja ia berusaha untuk sabar dan tabah menghadapi cobaan derita tersebut. Begitu sabar dan tabahnya sikap Asiyah, sampai-sampai ia mau berkorban nyawa menghadapi perlakuan suaminya itu. Suatu hari ketika Fir’aun datang bersama bala tentaranya untuk membunuh Siti Asiah, rupanya Allah telah menyelamatkannya lebih dulu dengan mencabut nyawanya.

Fatimah binti Muhammad Saw

Putri Nabi Muhammad Saw. dan juga istri dari Ali bin Abi Thalib. Wanita yang tetap kuat menjalani hidupnya yang sangat sederhana. Meskipun ia anak seorang Nabi, akan tetapi tidak pernah dirinya menuntut kemewahan dan kemudahan hidup kepada ayahnya. Selama hidupnya, Fatimah tidak pernah menangis kecuali pada satu peristiwa yang sangat menyedihkan, yaitu ketika ayahnya hendak pergi ke pangkuan Allah azza wa jalla. Mendengar kabar ayahnya akan pergi meninggalkan dunia, Fatimah sangat sedih, tapi seketika setelah ayahnya berkata bahwa ia adalah orang pertama yang akan menyusulnya, maka tersenyumlah ia.

Sosoknya selalu mengagumkan karena ia mengajarkan kepada kita tentang bakti seorang anak terhadap orang tua. Anak perempuan yang salihah memiliki potensi menjadi istri yang salihah juga.

Fatimah adalah anak kesayangan Rasulullah. Meskipun dia adalah putri dari orang nomor satu di dunia, Fatimah tidak pernah menyombongkan diri. Bahkan, dalam urusan memilih jodoh, dia sangat patuh pada pilihan Rasulullah, meskipun orang yang dijodohkan kepadanya bukanlah seseorang yang bergelimang harta, yakni Ali bin Abu Thalib. Baginya, dalam memilih pasangan, kekayaan harta bukanlah tolak ukur, melainkan keimanan dan ketakwaan orang yang kelak mendampinginya dalam mengarungi bahtera rumah tanggalah yang paling penting.

Bakti dan rasa sayang seorang Fatimah terhadap ayahandanya selalu dibuktikan dengan sikap yang terang-terangan, tidak hanya diucapkan di bibir saja, seperti dua kisah di bawah ini.

Pertama, ketika Perang Uhud selesai, Nabi mengalami luka yang cukup parah di bagian pipinya. Gigi Rasulullah patah, kemudian kakinya terluka. Tidak sedikit darah yang keluar dari bagian tubuh Rasulullah yang terluka. Dengan dibantu Ali, Fatimah membersihkan dan menghentikan aliran darah pada tubuh Rasulullah dengan sabar. Ia melakukan hal tersebut karena keikhlasan dan kecintaan terhadap ayahnya.

Kedua, suatu hari, Rasulullah pernah dilempari darah dan kotoran unta oleh Uqbah bin Abi Muith saat sedang sujud di depan Kabah. Fatimah yang mendengar hal itu mengetahui bahwa ayahnya tidak bersalah dan ia melihat bahwa ayahnya sedang dizalimi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab tanpa alasan yang jelas. Fatimah pun datang menghampiri Rasulullah dan membersihkan kotoran itu dari kepala ayahnya. Setelah itu, ia menghampiri dan memarahi para kafir Quraisy. Karena ia masih kecil, bukan didengarkan, ia justru ditertawakan. Meski begitu, Fatimah sudah menunjukkan bahwa ia memiliki sikap yang tegas dan berani dalam melihat mana yang benar dan mana yang salah.

Itulah mereka, pemimpin para wanita di Surga. Satu-satunya contoh dan tauladan yang dapat menjadi standardisasi wanita yang ingin dirindu Surga. Jelas sudah apa yang harus kita tiru dari mereka. Terus tingkatkan keimanan dan perbanyak amal kebaikan. Semoga kita dipertemukan dalam barisan para penghulu wanita di Surga kelak. Amin.

Muhammad Ifan

Kelas XII IPA

2021-2022

 

Baca Juga:

Guru yang Hanya Transfer Knowladge Bukan Guru

Permainan Politik yang Kebangetan

 

One Reply to “Wanita Hebat yang Dirindu Surga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts